Lanjut ke konten

Sepuluh Tahun yang Lalu (1)

Maret 31, 2011

Kadang-kadang saya ditanya bagaimana saya bertemu dengan istri saya. Yang jelas, saya bertemu dengan istri saya tanpa perantaraan pihak ketiga. Tambahan lagi, saya memutuskan menikahi calon istri saya tanpa paksaan siapa pun dan juga tanpa rasa terpaksa . 🙂  Cinta memang datang pada saat yang tepat. Datangnya cinta tak dapat dipaksakan.

Semua itu berawal dari tanggal ini –tanggal posting artikel ini- sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, saya baru dalam persiapan untuk kuliah kerja nyata yang diwajibkan oleh kampus saya. Salah satu persiapan yang wajib adalah mengambil buku panduan kuliah kerja nyata –dan mempelajarinya tentu saja.

Tanggal ini, sepuluh tahun yang lalu, saya pun mengambil buku panduan kuliah kerja nyata itu ke lembaga pengabdian mahasiswa bersama seorang teman saya. Setelah tiba di LPM dan mengambil buku tersebut, kami tidak langsung meninggalkan tempat itu. Banyak teman semasa SMA ketemu di LPM. Walhasil, kami pun mengobrol dengan beberapa teman sewaktu SMA.

Saat itulah saya melihat seorang gadis masuk ke halaman LPM. Entah mengapa ada kekuatan tertentu yang membuat saya memperhatikannya. Biasanya tidak seperti ini. Seakan-akan saya tak dapat menolak keinginan untuk memperhatikannya.
Mulai dari masuk ke halaman LPM, mengambil buku panduan, kemudian meninggalkan LPM, saya memperhatikan hampir semua gerak-gerik gadis tersebut.

Mulanya, saya tertarik dengan kepercayaan dirinya yang datang sendirian tanpa teman. Waktu itu, mahasiswa yang lain datang secara rombongan –atau paling tidak berdua. Namun, gadis ini datang sendirian.

Setelah itu, tak tampak sedikit pun rasa tidak pede di wajahnya. Bahkan wajahnya tampak berseri-seri dan bersinar. Wajah ini mengalahkan tampilan wajah-wajah yang lain saat itu, sehingga saya tak kuasa untuk tidak curi-curi pandang. Sinar wajahnya mengalahkan rona wajah-wajah yang lain.

Saya mengikuti jalan keluar sang gadis ini. Waktu bayangannya menghilang, ada rasa penasaran terhadap gadis ini. Siapakah dia?
Memang inilah yang namanya jatuh cinta.

Memang, pilihan saya tidak salah. Saya tahu mengapa gadis ini begitu menarik pada pertama kali saya melihatnya. Jawabannya adalah karena ialah jodoh saya.

Selama sepuluh tahun ini, ternyata tidak hanya sinar cantik wajahnya saja yang mencuri hati saya. Kebaikan hati dan kelembutan budinya membuat saya semakin jatuh cinta kepadanya. Alhamdulillah, pilihan saya tidak salah. Sungguh saya bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan gadis yang dulu saya lihat sepuluh tahun lalu menjadi istri saya. Alhamdulillah Ya Allah.

4 Komentar leave one →
  1. tanpa nama permalink
    April 7, 2011 8:36 am

    Subhanallah.. semoga Allah memberi barokah kpd keluarga anda..
    saya merinding bacanya mas..

  2. Sutikno bin Tumingan permalink
    Mei 15, 2011 7:37 am

    o3 ceritane gitu tho?
    jadi kelingan buku ne ibn hazm tentang cinta

Trackbacks

  1. Sepuluh Tahun yang Lalu (2) « .:Wirawan:Yogiyatno's:Note:.
  2. Lukisan Anakku Dicetak Secara Nasional « .:Wirawan:Yogiyatno's:Note:.

Tinggalkan komentar